Puisi Buat Seorang Adik

HARI YANG KEDELIMA

Tatkala hari yang kedelima
subuh menyinsing penuh kekuningan
baki-baki kabus masih berterbangan
titis embun-embun akhir mula menjunam
menusuk tanah yang masih lembab
menanti suatu kelahiran

Tatkala hari yang kedelima
sayup-sayup suara bayi memecah hari
di sebuah taman di tengah kota di tengah negara
ketika kuning langit bertukar putih
ketika kabus dan embun lenyap bersembunyi
ketika tanah mula kering dimamah mentari

Hari yang kedelima itu
bayi perempuan yang masih merah
mata yang masih belum terbuka
tersenyum di balutan lembut kapas
disentuh dipandang sekalian kerabat
tanda sebuah kesyukuran

Hari yang kedelima itu juga
budak kecil yang hitam dan kurus
turut gembira dan tertawa di utara negara
berlari memusing laman sekampung
dua tahun empat bulan usianya
waktu gembira tanpa memikir apa-apa.

Hilmi.